Lampu kilat pada kamera berfungsi untuk menjadi sumber
cahaya sesaat yang bisa membuat obyek yang difoto menjadi terang. Pada
kamera modern lampu kilat sudah diberikan berbagai mode lanjutan yang
berguna untuk memberikan hasil yang berbeda dan lebih baik. Bagaimana
cara memaksimalkan penggunaan lampu kilat pada kamera sehingga dapat
memberi hasil yang memuaskan?
Sebelum membahas ke arah sana, kita kenali dulu
macam-macam lampu kilat yang ada, yaitu flash yang built-in (menjadi
satu dengan kamera) dan flash terpisah (eksternal). Eksternal flash
ditenagai dengan baterai tersendiri dan punya mode yang lebih lengkap.
Keduanya punya temperatur warna yang sama yaitu di kisaran 5600 Kelvin,
namun berbeda dalam intensitas (Guide Number/GN) alias kekuatan flash.
Kekuatan flash akan semakin melemah bila jarak dari flash terhadap obyek
semakin jauh.
Kekuatan cahaya dari flash diatur dengan dua cara yaitu
auto dan manual. Kebanyakan flash adalah auto atau di DSLR disebut
dengan TTL. Bila flash diatur secara manual maka ada pilihan untuk
mengatur kekuatan flash dari yang terbesar hingga terkecil. Pada kamera
yang bekerja otomatis, shutter speed kamera saat memakai flash umumnya
adalah 1/60 detik. Apabila hasil foto dengan flash ternyata kurang
memuaskan (under atau over), cek apakah di kamera anda ada fasilitas
untuk mengkompensasi keluaran flash ke nilai positif dan negatif. Bila
ada, maka kita bisa melakukan kompensasi supaya keluaran flash bisa
lebih terang atau lebih dikurangi terangnya.
Kondisi yang memerlukan flash di siang hari
Fungsi flash di siang hari lebih banyak dipakai untuk
menyeimbangkan kontras, dinamakan sebagai fill-in flash (mengisi daerah
yang gelap). Gunakan flash di siang hari bila obyek yang difoto lebih
gelap dari latarnya, atau obyek berada di bawah bayang-bayang pohon.
Sinar dari flash akan menerangi area yang gelap sehingga bisa didapat
gambar yang terang pada obyek dan latarnya.
Fill-flash di siang hari juga bisa untuk membuat langit
jadi tampak biru. Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek
dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan
berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya
adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula
(dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga
langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir,
karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh
lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu
kilat.
Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut :
- set mode dial ke arah manual
- set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)
- atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)
- atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
- ambil foto dengan fill-in flash
Bila kamera anda ada tombol AE-lock/AF-lock, cukup manfaatkan tombol ini saja :
- set tombol AE-L untuk mode exposure-lock saja (baca lagi buku manual), sedang focus-lock dilakukan dari tombol rana
- mode dial pada kamera bebas, bisa P (program), A (Aperture) atau S (Shutter)
- terlebih dahulu lakukan metering ke langit, lalu kunci eksposur dengan tombol AE-L
- arahkan kamera ke obyek lalu kunci fokus ke obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
- ambil foto dengan fill-in flash
Gunakan mode slow sync supaya latar tidak gelap
Pada kondisi gelap di malam hari, lampu kilat menjadi
harapan untuk kita bisa tetap memotret. Namun karena kekuatannya yang
terbatas, memotret di malam hari hanya akan memberikan penerangan di
obyek yang dekat, sedang latar belakangnya akan gelap. Hal yang
mengecewakan adalah saat kita ingin difoto di malam hari dengan latar
lampu yang beraneka warna namun ternyata tidak tampak jelas karena
gelap. Hal ini karena default setting untuk lampu kilat adalah memakai
shutter 1/60 detik. Untuk mendapat foto yang lebih natural, kita perlu
menurunkan speed lebih rendah dari nilai default sehingga kamera punya
waktu cukup banyak untuk menangkap cahaya sekitar (bila ada) meskipun
memakai lampu kilat.
Pada kebanyakan kamera digital modern kini sudah
dilengkapi dengan mode slow-sync flash, yang artinya lampu kilat yang
digabungkan dengan speed rendah. Yang perlu diperhatikan saat memakai
mode ini diantaranya :
- slow sync artinya memakai shutter speed rendah (antara 1/4 detik hingga 1/30 detik), hindari getaran tangan saat memotret dengan mengaktifkan stabilizer atau gunakan tripod
- saat memakai mode ini, mintalah si obyek untuk diam sampai flash menyala
- carilah latar belakang yang memiliki sumber cahaya natural seperti lampu hias atau gedung yang berpendar
Gunakan rear sync (2nd curtain) untuk menangkap jejak dari gerakan
Hampir mirip seperti trik di atas, ada juga kamera yang
menyediakan fitur flash advanced yaitu front sync dan rear sync.
Sederhananya, perbedaan keduanya adalah pada kapan waktu si lampu itu
menyala :
- Front Sync (1st curtain) adalah default lampu kilat, dia menyala sesaat setelah tombol ditekan dan shutter terbuka
- Rear Sync (2nd curtain) adalah kondisi sebaliknya, dia menyala sesaat menjelang shutter ditutup.
Perhatikan kedua perbedaan di atas, bila shutter
speed yang digunakan tinggi, maka tidak ada perbedaan antara keduanya.
Namun saat kita memakai speed rendah (misal 1/2 detik), maka kapan lampu
menyala akan memberi perbedaan hasil, apalagi bila ada pergerakan obyek
disana. Apalagi mode lanjutan ini disedikan khusus buat memberi kesan
bergerak pada sebuah obyek, dengan memanfaatkan speed rendah dan lampu
kilat.
Sedangkan Rear Sync akan menembakkan flash saat
shutter akan ditutup, sehingga kamera sudah terlebih dahulu merekam
jejak gerakan, barulah diakhiri dengan menembakkan lampu kilat.
Hasilnya, foto unik dengan kesan gerakan yang terekam apik seperti
contoh diatas.
Bouncing untuk hasil foto yang lebih alami
Teknik bouncing memerlukan lampu kilat eksternal
yang ditembakkan ke atas, tentunya apabila terdapat langit-langit yang
berwarna putih dan ketinggiannya cukup dekat dengan kita. Dengan
memantulkan sinar flash ke langit-langit, maka jatuhnya cahaya yang
menerangi obyek datang dari atas bukan dari depan. Keuntungannya, cahaya
yang mengenai obyek tidak terlalu keras dan lebih merata.
Pisahkan flash dari bodi
Inilah yang disebut dengan strobist, yaitu
berkreasi dengan flash yang dipisah dari bodi. Tujuannya untuk
memberikan foto dengan arah datang cahaya yang berbeda dari biasanya.
Untuk itu diperlukan kamera dan flash yang mendukung wireless mode.
Namun bagi yang kamera atau flashnya tidak mendukung fitur tersebut
jangan kecil hati karena kini banyak dijual wireless trigger dan receiver dalam paket yang terjangkau.
hargakamera | 29. Sep, 2012 | 0 Comments
Jika anda termasuk orang yang masuk pada categori di atas yang hanya sekedar mengikuti Trend menggunakan kamera DSLR, sejauh manakah anda dalam menguasai kamera DSLR yang anda miliki tersebut? Apakah anda masih saja menggunakan pengaturan AUTOMATIS pada saat mengambil gambar? Atau anda sudah menggunakan pengaturan MANUAL dalam mengatur cahaya dan pengambilan gambar? Di sini kami akan memberikan solusi bagi anda yang masih menggunakan kamera DSLR dengan pengaturan Automatis. Pada postingan kali ini saya akan mengajak anda untuk mengoptimalkan semua fitur -fitur manual yang terdapat pada kamera DSLR anda.
1. Manual sensitivity/ISO maksudnya adalah kamera ini telah disediakan beberapa pilihan untuk menentukan nilai sensitivitas sensor/ISO mulai dari AUTO, 100, 200, 400 hingga 1600
2. Advance Shooting Mode :
P adalah (Program)
A adalah (Aperture Priority),
S adalah (Shutter Priority),
M adalah (Manual).
3. Exposure Compensation maksudnya adalah mempunyai fungsi untuk mengatur pencahayaan yang kita inginkan. Jika kondisi dalam keadaan gelap, maka anda bisa naikkan ke arah positif jika anda ingin gambar menjadi terang,dan sebaliknya.
4. Manual focus . Fitur ini mempunyai fungsi untuk mengunci objek foto yang tidak cukup pencahayaan jikalau autofocus pada kamera DSLR anda gagal mencari focus pada objek foto.
5. Manual White Balance, fitur ini mempunyai fungsi untuk memperoleh temperatur warna yang sama dengan aslinya.
6. Flash intensity level, fitur ini mempunyai fungsi untuk merubah kekuatan cahaya yang terdapat pada lampu kilat yang ada di kamera.
Fitur manual apakah yang mempunyai dampak paling serius terhadap kualitas hasil foto/jepretan anda?
Tulisan selengkapnya bisa anda download di sini via Ziddu (gratis tidak dipungut biaya). Disini akan dijabarkan secara jelas apa itu Shutter speed (kecepatan rana), Aperture (diafragma) dan ISO. Kemudian fitur manual P/A/S/M dan fitur manual ISO. kemudian apa fungsi dari Shutter dan aperture.
Tidak hanya itu saja, fungsi dari Program mode (P),Aperture-priority mode (A, atau Av),Shutter-priority mode (S, atau Tv),Manual mode (M) juga akan kami jelaskan secara jelas di sini.
Harapan kami semoga Tips ini bermanfaat buat anda. Dengan di sediakan artikel tentang Cara Setting Kamera DSLR di atas dengan format Word, diharapkan anda bisa membacanya tanpa harus membuka internet lagi.
Memahami mode Nikon speedlite – TTL dan TTL-BL
by Enche on Oktober 2, 2010
Nikon flash atau speedlite, punya banyak mode, selain
mode otomatis TTL (Through the lens), ada TTL-BL, M (Manual), RPT, GN,
AA, FP dan sebagainya.
Kali ini saya ingin membahas sedikit perbedaan mode yang paling populer yaitu TTL dan TTL-BL.
TTL (Through the lens) cara kerjanya yaitu kamera
mengukur kuantitas cahaya yang diperlukan untuk menerangi subjek foto
secara otomatis melalui lensa. Yang dipentingkan oleh mode ini adalah subjek utama (yang berada dalam fokus) terang. Mode ini tidak memperhitungkan pencahayaan latar belakang.
TTL-BL (Through the lens – Balance) memperhitungkan seluruh bagian dalam foto,
baik subjek utama, maupun latar belakang dari sisi ke sisi, atas bawah.
Setelah mengukur semuanya, baru kamera dan flash menentukan setting
terbaik supaya latar belakang dan subjek foto seimbang pencahayaannya.
Apabila latar belakang lebih terang dari subjek foto,
maka flash akan mengeluarkan cahaya dengan kuantitas yang besar supaya
subjek foto terlihat sama terangnya dengan latar belakang.
Sebaliknya, apabila subjek fotolebih gelap dari subjek
foto, maka flash akan mengeluarkan cahaya dengan kuantitas yang kecil,
sehingga mengimbangi latar belakangnya. Bila mode kamera Anda dalam
bentuk auto atau semi auto (Aperture priority (Av/A) atau Shutter
priority (S/Sv)), maka kamera akan otomatis menyeimbangkan pencahayaan
antara flash dan setting kamera. Hasilnya adalah foto yang terkesan
lebih alami dan tidak terlalu keliatan bahwa Anda mengunakan lampu
kilat, karena cahaya lampu kilat dan latar belakang telah tercampur.
Setting TTL-BL tidak bisa diaktifkan bila Anda
mengunakan spot metering, karena spot hanya mengukur cahaya dititik
fokus (sebagian kecil dari foto) saja.
Menggunakan flash untuk portrait model di outdoor
by Enche on Maret 12, 2012Meskipun keadaan di luar ruangan terang, tapi flash seringkali juga dibutuhkan sebagai pengisi cahaya. Contohnya seperti foto dibawah ini. Langit cukup cerah tapi sebagian cahaya tertutup pohon dan dedaunan. Sebagian cahaya juga tertutup oleh topi model.
Setting: ISO 100, f/4, 1/250 detik, 85mm, Nikon D700, Flash SB900 power 1/4 sebelah kanan kamera dengan payung softbox. Talent : Wullan
Karena demikian, saya mengunakan flash yang diletakkan di samping kanan kamera dan saya pasang dengan payung softbox. Payung ini menghasilkan cahaya yang lembut dan menimbulkan catchlight (refleksi di mata) yang berbentuk segi delapan.
Foto ini dibuat saat tur fotografi ke kepulauan seribu 10-11 Maret 2012 yang lalu.
Bagi yang ingin belajar lighting, bisa membaca buku Lighting itu Mudah! karangan saya atau mengikuti kelas creative lighting portrait.
{ 12 comments… read them below or add one }
Lim Maret 12, 2012 pukul 10:00 pm
Kalo tanpa payung hasilnya bisa kaya gitu juga ga?
Trus settingnya gimana biar ga under/over.. Saya cm punya SB-600
Enche Maret 12, 2012 pukul 10:11 pm
Kalau tanpa payung nanti cahayanya keras, bayangannya ngeblok hitam. Soal setting disesuaikan saja dengan sistem trial and error. Kalau terlalu over flashnya bisa diturunin powernya, kalau masih gelap, bisa dinaikkin powernya.
Bisa juga dengan menjauhkan dan mendekati flashnya ke subjek. Kuncinya flashnya di set manual, jadi bisa atur kekuatannya.
abond Maret 12, 2012 pukul 10:42 pm
mau nanya mengenai flashnya pake wireless trigger atau bisa manual aja? makasi..
Lim Maret 12, 2012 pukul 10:44 pm
Oh gitu, pantes tiap pakai flash cahayanya keras banget.
Perlu diperimbangkan nih beli payung softbox.
Mau nanya satu lg nih pak tp sedikit OOT. Itu kan pakai lensa 85mm yah, kebetulan saya juga ada, tapi yg 1.4 AF-D. Saya pasangin di body D7000 kok ga bisa setting aperture dari kamera? Kalau mode auto/S/P di LCD jadi fE.E, jadi harus di turunin ke f16 di cincin lensa baru bisa. Pas pencet shutter, flash kamera-nya kebuka sendiri. Tapi kalu mode M dan A bisa disetting manual dilensa ke f1.4. Apa memang seperti itu? Saya baru belajar fotografi soalnya.
Sebelumnya makasih koh enche.
Enche Maret 12, 2012 pukul 10:49 pm
@abond pakai wireless trigger.
@Lim ya memang kalau mau atur setting aperture via kamera harus kunci di f/16. Soal pemakaian Auto, flash akan membuka sendiri jika kamera merasa perlu ada flash. Tapi seringkali kita justru gak mau pakai flash, jadi mengesalkan juga hehe
Bambang Maret 13, 2012 pukul 12:33 am
bro Enche kalo flashnya dipasang difuser apakah hasilnya bisa seperti gambar contoh? Flash saya sb 700 yang saya maksud difuser bawaannya, terimakasih
Enche Maret 13, 2012 pukul 12:35 am
Tidak sama efeknya, pemasangan diffuser tetap memberikan hasil cahaya yang keras tapi lebih menyebar dibandingkan tanpa diffuser.
joni Oktober 9, 2012 pukul 10:58 pm
Pak Enche,wkt les sy lupa tny..internal wireless trigger di Canon 600d itu type apa? optic, infra red atau radio? terus apakah bisa untuk men-trigger flash merk non ori mis: Yong Nuo,Nissin,Sigma,dll
Thanks
Enche Oktober 9, 2012 pukul 11:26 pm
@joni cahaya, jadi pakai built-in flash, bisa saja untuk trigger flash 3rd party. Flashnya di set ke slave mode.
yonanda Oktober 20, 2012 pukul 5:36 pm
om, kalo untuk fotografi outdoor apa alat untuk memperlembut cahaya yang bisa kita pakai? selain dari payung?
trus kalo untuk indoor yang langit” nya cukup tinggi alat apa yang bisa kita gunakan supaya cahayanya tetap lembut dan tidak terlalu keras?
Enche Oktober 20, 2012 pukul 11:34 pm
@yonanda softbox, diffuser, bisa kita pakai selain payung. Softbox bermacam2 bentuk dari kecil sampai besar.
bagus Oktober 28, 2012 pukul 4:38 pm
koh ane blm sempet nyoba nih yang namanya softbox, yang ingin ane tanyakan sekarang kan ada banyak variasi softbox tuh dari yang besar ampe yang kecil, pengaruh besar apa yang sangat dirasakan dari bentuk2 itu. karena saya tertarik ingin membeli softbox ini, jd jika yang kecil dirasa sudah cukup mewakili bearti saya tidak perlu membeli yang besar. saya menggunakan SB 900, kira2 bentuk yang seperti apa yang sangat recomendit untuk tipe flash ini. mohon pencerahannya….
Maksimalkan fitur lampu kilat di kamera anda
10 April 2010 9,493 views 3 KomentarDi kesempatan lalu, kami sudah sajikan artikel dasar mengenai serba-serbi lampu kilat. Sumber cahaya yang dipancarkan dari kamera ini ternyata banyak gunanya baik disaat siang terik maupun saat gelap. Meski fitur lampu ini bisa dibuat otomatis, namun akan lebih baik kalau kitalah yang menentukan apakah si lampu ini harus menyala atau justru tidak perlu menyala setiap kali kita memotret. Kini kita akan bahas lebih jauh seputar lampu kilat dan tips memaksimalkan fitur lampu kilat yang tersedia di kamera anda.
Ada beberapa hal yang perlu anda investigasi dulu mengenai keberadaan lampu kilat pada kamera anda, karena hal ini akan berbeda-beda untuk tiap merk dan jenis kamera :
- Ketahui kekuatan pancaran flash (dinyatakan dalam Guide Number/GN), semakin besar maka semakin kuat (umumnya kamera saku punya lampu kilat yang powernya dibawah rata-rata).
- Periksa letak lampu kilat apakah menyatu dengan bodi kamera atau bisa dibuka tutup? Bila menyatu pastikan tangan kita tidak menghalangi si lampu. Bila bisa dibuka tutup akan lebih baik karena jarak lampu ke lensa semakin jauh sehingga meminimalisir resiko mata merah (red-eye).
- Periksa apakah ada fasilitas pengaturan kekuatan flash secara manual (umumnya di kamera prosumer) dimana kita bisa mengatur daya pancar secara manual, serta pengaturan kompensasi flash untuk tingkat lanjutnya.
- Periksa adakah flash hot-shoe / dudukan untuk memasang lampu kilat eksternal, bila ada periksa berapa titik konektor di hot shoe tersebut (bila hanya ada satu di tengah artinya dia tidak mendukung TTL-flash). Tiap merk kamera semestinya memakai aksesori lampu kilat yang semerk, namun sejak banyaknya lampu kilat merk alternatif (baca : murah) di pasaran maka bukan tidak mungkin kita bisa memasang lampu kilat apa saja di kamera kita.
- Ini yang penting, periksa kembali apakah ada fitur front sync dan rear sync (atau istilah lainnya 1st curtain dan 2nd curtain) pada kamera anda. Anda bisa melihatnya di flash mode atau periksa buku manual.
- Akan lebih baik kita mengenali seberapa cepat kamera anda siap memotret kembali setelah memakai lampu kilat. Karena pengisian kapasitor lampu perlu waktu, umumnya si kamera baru mau dipakai memotret lagi setelah 4 sampai 7 detik setelah menembakkan kilatnya. Kamera berbaterai Lithium agak lebih cepat dalam urusan ini dibanding kamera berbaterai AA.
Fill-in flash untuk langit lebih biru
Trik pertama ini adalah untuk pemakaian di siang hari, dengan langit yang dominan sebagai background. Kebanyakan dari kita tidak akan memakai lampu kilat di siang hari kan? Padahal dalam kondisi tertentu lampu kilat tetap diperlukan untuk mengkompensasi bayangan yang terbentuk tergantung arah datangnya sinar matahari. Trik ini dinamakan fill-in flash, yang sudah kita bahas di artikel lalu. Kini kami berikan trik untuk membuat langit lebih biru dengan bantuan fill-in flash.Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula (dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir, karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu kilat.
Contoh fill-in flash untuk langit biru (credit : Yudhistira Utomo/FN)
Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut :
- set mode dial ke arah manual
- set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)
- atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)
- atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
- ambil foto dengan fill-in flash
- set tombol AE-L untuk mode exposure-lock saja (baca lagi buku manual), sedang focus-lock dilakukan dari tombol rana
- mode dial pada kamera bebas, bisa P (program), A (Aperture) atau S (Shutter)
- terlebih dahulu lakukan metering ke langit, lalu kunci eksposur dengan tombol AE-L
- arahkan kamera ke obyek lalu kunci fokus ke obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
- ambil foto dengan fill-in flash
Foto malam hari lebih natural dengan Slow Sync Flash
Pada kondisi gelap di malam hari, lampu kilat menjadi harapan untuk kita bisa tetap memotret. Namun karena kekuatannya yang terbatas, memotret di malam hari hanya akan memberikan penerangan di obyek yang dekat, sedang latar belakangnya akan gelap. Hal yang mengecewakan adalah saat kita ingin difoto di malam hari dengan latar lampu yang beraneka warna namun ternyata tidak tampak jelas karena gelap. Hal ini karena default setting untuk lampu kilat adalah memakai shutter 1/60 detik. Untuk mendapat foto yang lebih natural, kita perlu menurunkan speed lebih rendah dari nilai default sehingga kamera punya waktu cukup banyak untuk menangkap cahaya sekitar (bila ada) meskipun memakai lampu kilat.Perbedaan hasil antara memakai normal flash dan slow sync flash tampak seperti pada contoh berikut :
Perbedaan flash biasa (atas) dan slow-sync (bawah) (credit : navendu.net)
Pada kebanyakan kamera digital modern kini sudah dilengkapi dengan mode slow-sync flash, yang artinya lampu kilat yang digabungkan dengan speed rendah. Yang perlu diperhatikan saat memakai mode ini diantaranya :
- slow sync artinya memakai shutter speed rendah (antara 1/4 detik hingga 1/30 detik), hindari getaran tangan saat memotret dengan mengaktifkan stabilizer atau gunakan tripod
- saat memakai mode ini, mintalah si obyek untuk diam sampai flash menyala
- carilah latar belakang yang memiliki sumber cahaya natural seperti lampu hias atau gedung yang berpendar
- perhatikan kalau saat memotret, begitu tombol ditekan lampu mungkin tidak langsung menyala (tergantung speed) karena lampu akan menyala di akhir eksposur.
Dapatkan motion blur dengan Front Sync dan Rear Sync Flash
Hampir mirip seperti trik di atas, ada juga kamera yang menyediakan fitur flash advanced yaitu front sync dan rear sync. Sederhananya, perbedaan keduanya adalah pada kapan waktu si lampu itu menyala :- Front Sync (1st curtain) adalah default lampu kilat, dia menyala sesaat setelah tombol ditekan dan shutter terbuka.
- Rear Sync (2nd curtain) adalah kondisi sebaliknya, dia menyala sesaat menjelang shutter ditutup.
Front sync akan menembakkan flash sesaat setelah shutter dibuka. Bila memakai speed lambat, meski lampu sudah menyala, shutter kamera masih terus membuka hingga gerakan obyek akan terekam sebagai motion blur. Perhatikan kalau lampu hanya akan menerangi gerakan benda di awal saja seperti contoh foto di sebelah ini.
Sedangkan Rear Sync akan menembakkan flash saat shutter akan ditutup, sehingga kamera sudah terlebih dahulu merekam jejak motion blur baru diakhiri dengan menembakkan lampu kilat. Hasilnya, foto unik dengan kesan motion blur yang apik seperti contoh disamping. (Foto dari steephill.tv)
Kapan perlu memakai lampu kilat?
29 December 2009 9,767 views Satu komentarPertanyaan yang simpel. Anda mungkin kesal karena judul diatas terkesan terlalu mudah untuk dijawab. Tapi tunggu dulu. Meski sederhana, penggunaan lampu kilat yang tidak tepat ternyata masih sering dilakukan oleh sebagian dari kita. Bila anda ingin menghasilkan foto yang baik, ketahuilah saat yang tepat untuk menggunakan lampu kilat. Untuk itu simak info dan tips dari kami kali ini.
Lampu kilat yang kita bahas bersifat umum, bisa yang berjenis built-in (menyatu pada kamera) maupun lampu kilat eksternal. Lampu kilat built-in banyak dijumpai di kamera ponsel kelas atas, semua kamera saku dan sebagian besar kamera DSLR. Fungsinya jelas, sebagai sumber cahaya tambahan yang menerangi objek di depan kamera saat tombol rana ditekan. Kekuatan lampu kilat diukur dengan istilah GN (Guide Number) yang menggambarkan kemampuan menerangi objek dalam jarak tertentu, dalam satuan meter. Lampu kilat modern sudah mendukung teknologi TTL yang bisa diatur kekuatannya sesuai jarak objek ke kamera, sehingga resiko terlalu terang atau terlalu gelap bisa dihindarkan.
Banyak orang yang membiarkan mode lampu kilat pada kameranya di posisi Auto. Di posisi ini, lampu akan menyala saat suasana sekitar gelap. Artinya siang hari lampu kilat tidak akan menyala bila di posisi Auto. Ini adalah kebiasaan yang kurang tepat karena seringkali pemakaian lampu kilat justru diperlukan di siang hari. Kenapa? Karena sinar matahari yang amat terik akan membuat kontras tinggi pada daerah yang terhalang oleh bayangan sehingga daerah yang terhalang itu akan jadi gelap. Lampu kilat diperlukan untuk menerangi area yang gelap akibat bayangan tadi. Kasus yang lebih umum terjadi misalnya, saat kita memotret objek yang ada dibawah bayangan semisal pohon. Pemakaian lampu kilat di siang hari untuk menerangi objek yang gelap akibat bayangan disebut juga dengan istilah fill-in flash.
Contoh pemakaian Fill-in Flash
Kedua, lampu kilat diperlukan untuk melawan sinar dari belakang objek (backlight). Bayangkan saat objek yang akan kita foto duduk persis di balik jendela sehingga cahaya terang dari jendela akan membuat objek yang akan difoto menjadi siluet (lihat contoh di bawah). Dengan lampu kilat, maka kita bisa mencegah siluet ini dan objek yang duduk di balik jendela itu akan tampak jelas.
Perbedaan foto backlight tanpa flash dan dengan flash (credit : Gizmodo)
Ketiga, di saat kita perlu memotret namun tidak ada sumber cahaya apapun di sekitar kita, atau cahaya lampu sekitar yang ada tidak cukup kuat untuk menerangi objek (mendapat eksposur yang tepat), kita harus memakai lampu kilat. Artinya, pemakaian lampu kilat dalam kondisi ini dianggap darurat/terpaksa. Tapi jangan berharap banyak akan kemampuan lampu kilat dalam menerangi ruangan gelap yang luas karena kemampuannya terbatas.
Ketiga situasi yang perlu lampu kilat di atas disimpulkan lagi disini :
- saat objek dibawah bayangan matahari (fill-in flash)
- saat objek dibalik sinar terang (backlight compensation flash)
- saat gelap dan kita tidak punya sumber cahaya lain
Sekedar tips dari kami, inilah yang perlu diperhatikan dalam memotret memakai lampu kilat :
- jarak tembak lampu kilat terbatas sehingga jagalah jarak optimal antara kamera dengan objek
- lampu kilat memerlukan waktu untuk mengisi kapasitor sehingga ada waktu tunggu (jeda) antar foto sekitar 4-7 detik, hindari memakai lampu kilat bila anda sering mengambil banyak foto dalam waktu singkat
- bila ada mode “red-eye flash” di kamera anda, sebaiknya tidak usah dipakai karena kurang efektif dan lebih menguras baterai (karena lampu akan menyala dua kali)
- hindari menembakkan lampu kilat pada bayi karena beresiko mengganggu penglihatannya kelak
- bila pada kamera anda ada fasilitas pengaturan power output manual, tidak ada salahnya dicoba untuk mengetahui karakter output lampu dari power terendah sampai tertinggi
- bila lampu kilat pada kamera anda sudah berteknologi TTL, bila hasil foto dengan lampu masih belum memuaskan bisa dikompensasi dengan ‘flash compensation‘
- bila anda memakai lampu kilat eksternal, upayakan untuk memaksimalkan semua fungsi lampu tersebut dengan mencoba teknik bouncing, memakai fill-in reflektor dan memakai diffuser
Related posts:
Basic lighting dalam fotografi digital
23 August 2009 16,820 views 12 KomentarEsensi fotografi adalah bermain dengan cahaya. Dasar fotografi untuk mengatur cahaya dinamakan eksposure. Komponennya cuma tiga : shutter speed (kecepatan rana), aperture (bukaan diafragma) dan sensitivitas sensor (ISO). Namun pengaturan ketiga komponen inipun tak bisa lepas dari pemahaman dasar akan pencahayaan (lighting), karena cahaya adalah hal pokok yang akan diatur oleh komponen eksposur. Kali ini kami ingin mengulas mengenai teori dasar pencahayaan sebagai bekal untuk memudahkan anda mendapat eksposur yang tepat.
Pencahayaan, atau lighting, bisa digolongkan dalam berbagai bahasan. Umumnya kita membahas lighting berdasarkan jenisnya, sumbernya, dan arah datangnya. Berdasar jenis cahaya kita kenal ada hard light, soft light dsb. Berdasar sumber bisa cahaya tentu dibagi dalam beberapa macam sumber cahaya seperti matahari, lampu studio dsb. Sedangkan menurut arah datangnya cahaya, bisa digolongkan dalam cahaya depan, cahaya samping dan cahaya belakang.
Jenis cahaya
Secara sederhana jenis cahaya dibagi dalam dua kelompok yaitu cahaya keras (hard light) dan cahaya lembut (soft light). Cahaya keras cenderung punya intensitas tinggi yang menyulitkan kamera untuk mengukur eksposur yang tepat, dan berpotensi membuat pantulan pada objek yang difoto. Hard light juga akan membuat bayangan yang tegas sehingga kurang cocok untuk foto profesional. Cahaya keras contohnya dihasilkan oleh semua lampu kilat pada kamera, atau sinar matahari langsung yang menyorot ke objek foto.Hard light (credit : dailyphototips.com)
Sebaliknya cahaya lembut (soft light) umumnya dihasilkan melalui teknik studio yaitu penggunaan diffuser pada lampu kilat (lihat gambar di samping). Di taraf lebih tinggi digunakan teknik pantulan supaya cahaya bisa semakin lembut, baik pantulan ke langit-langit (bouncing) ataupun memakai reflektor. Cahaya lembut lebih cocok untuk dipakai di studio baik untuk foto orang ataupun foto produk, namun di luar ruang yang punya sumber cahaya kompleks, cahaya lembut sulit diaplikasikan. Setidaknya kita bisa mengenal perbedaan hasil yang didapat dengan memakai cahaya keras atau cahaya lembut.
Sumber cahaya
Di dunia ini sumber cahaya sangat banyak dan kompleks, mulai dari sinar matahari, bermacam jenis lampu dan benda lain yang berpendar. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan yang baik dari kamera (atau fotografer) dalam menentukan white balance yang tepat. Umumnya kamera mampu mengenali cahaya matahari, lampu neon, lampu pijar dan lampu kilat. Bila hasil white balance otomatis dari kamera meleset (benda putih jadi kebiruan atau kemerahan) atur preset white balance secara manual. Untuk tingkat lebih lanjut, gunakan grey card sehingga foto yang meleset bisa ditolong memakai software.Preset white balance (credit : alexismiller.com)
Kebanyakan kita memotret mengandalkan cahaya alami khususnya sinar matahari. Perlu diingat kalau intensitas cahaya matahari sangat tinggi dan berpotensi membuat foto mengalami highlight clipping. Untuk hasil terbaik hindari memotret di saat matahari terik (jam 10 sampai jam 15) karena kamera tidak akan mampu menangkap rentang spektrum terang gelap yang amat lebar. Apalagi prinsip metering kamera mengandalkan cahaya yang dipantulkan oleh objek foto, sehingga resiko eksposure meleset cukup besar.
Temperatur warna bermacam cahaya (credit : Shortcourse.com)
Arah datangnya cahaya
Yang menarik adalah pembahasan mengenai arah datangnya cahaya. Menarik karena bila disiasati dengan tepat, bisa didapat foto yang dramatis, namun bila salah maka hasilnya akan mengecewakan.- cahaya depan : sesuai namanya, arah datangnya sinar lurus dari depan objek. Cahaya dari depan ini akan memberikan penerangan yang merata di seluruh bidang foto, sehingga didapat foto yang flat tanpa tekstur terang gelap. Meski secara umum foto seperti ini baik, namun terkadang kurang artistik karena kontrasnya rendah.
- cahaya samping : ini adalah teknik foto yang cukup artistik dengan mengandalkan cahaya yang datang dari arah samping objek foto. Sinar dari samping ini bisa menghasilkan bayangan dan bisa membuat area terang gelap yang bila secara jeli dioptimalkan maka bisa mendapat foto yang artistik. Contoh pemakaian adalah untuk fotografi windows lighting, dengan si model berdiri di samping jendela dan cahaya menyinari bagian samping dari si model.
- cahaya belakang (backlight) : suatu kondisi yang bisa menghasilkan foto yang baik atau bahkan buruk, tergantung niatnya. Prinsipnya backlight akan membuat objek foto jadi siluet, sehingga tentukan dulu apakah siluet ini memang hasil yang diinginkan atau tidak. Bila kita tidak sedang ingin membuat foto siluet, usahakan menghindari memotret dengan backlight. Meski ada trik untuk mengatasi backlight, tapi hasilnya tidak akan optimal. Maka itu usahakan merubah posisi objek atau fotografer bila berhadapan dengan cahaya dari belakang.
- atur kompensasi eksposure (Ev) ke arah positif, bisa sampai 2 stop kalau perlu. Hal ini memang akan membuat background menjadi blown (terbakar) tapi kita bisa menyelamatkan objek fotonya.
- gunakan spot metering lalu arahkan titik pengukuran ke arah objek, hal ini akan membuat kamera menghasilkan eksposur yang tepat hanya di objek foto dan tidak menghiraukan cahaya yang datang dari arah belakang.
- gunakan fill-in flash, jangan sangka lampu kilat hanya untuk dipakai di daerah gelap. Lampu kilat juga bermanfaat untuk menerangi daerah gelap akibat pencahayaan belakang.
- gunakan koreksi memakai software (semisal Photoshop), namun tentu anda perlu waktu lagi untuk mengolahnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar